Diskusi Publik, Climate Institute Dorong Penjaminan Hak Atas Energy Terbarukan

JEJAK.NEWS, MANADO– Konsisten menyuarakan perubahan iklim, Climate Institute (CI) kembali menggelar diskusi publik kerjasama dengan Friedrich Naumann Foundation (FNF) Indonesia dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) terkait dengan terjaminnya Hak atas energy di Indonesia, pada Kamis, 07/07/22 di Bahug Coffee & Food, Manado.

Acara ini menghadirkan pembicara dari CI dan Solar Specialist, Putri Damayanti bersama Sinta Pastor, yang saat ini berada di Kanada, sementara pembicara dari Ketua Dewan Energi Sulut, Erwin Damanik berhalangan hadir. Acara tersebut digelar secara hybrid, melalui daring dan luring. 

Pada sesi awal Putri Damayanti sebagai narasumber memulai dengan gambaran besar sebuah keniscayaan globalisasi yang banyak menggunakan energi fosil dalam menopang kehidupan dan kebutuhan manusia dengan meninggalkan dampak buruk bagi lingkungan. 

Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia sudah mulai beralih ke energi terbarukan namun masih banyak menemui kendala di lapangan maupun pada level kebijakan karena belum mendapat support dari sistem.

“Energi fosil memiliki dampak terhadap lingkungan dengan menipisnya cadangan sumber daya, mengakibatkan pemanasan global, hujan asam, dan dampak turunan yang berpengaruh pada cuaca,” ungkap Putri. 

Seperti contoh aktivitas manusia yang sering mengkonsumsi bahan bakar fosil, pembakaran sampah, pembukaan lahan, gas-gas terbuang hasil kegiatan industri, gas metan dan sejenisnya sehingga menghasilkan Gas Rumah Kaca yang tidak bersih dan kurang nyaman bagi kehidupan manusia dan lingkungan. 

“Indonesia sendiri masih memiliki cadangan batu bara 38,84 Miliar ton, dengan rata-rata produksi 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan tersebut masih mungkin untuk 65 tahun kedepan, belum lagi masih ada deposit batubara yang tercatat sebesar 143,7 miliar ton,” jelas Putri.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sendiri masih banyak menggunakan Batubara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik maka semakin hari kualitas air, udara dan tanah semakin menurun akibat polusi. 

Foto bersama peserta diskusi.

Untuk mencapai energi yang bersih dan terbarukan diperlukan dana yang besar dan riset yang serius serta pendidikan yang cukup sebagai energi alternatif dengan memanfaatkan panas matahari, panas bumi, biomassa, air, angin dan lainya yang ramah lingkungan. 

Baca Juga: Climate Institute dan KNPI Sulut Dorong Edukasi dan Penanganan Krisis Iklim

“Namun untuk menikmati hak atas energi tersebut, hanya orang-orang yang berduit yang bisa menikmati energy dari Surya panel. Hal tersebut karena minimnya pembiayaan terhadap inovasi dan pengembangan terhadap riset energi terbarukan,” ungkap Putri.

Untuk itu, masyarakat dan pemuda adalah elemen paling kuat untuk membuat perubahan melalui monitoring kebijakan yang berkaitan dengan Green Job atau aktivitas pekerjaan menyangkut penyelamatan lingkungan.  

Sementara, menyambung diskusi tersebut Sinta Pastor sendiri, seorang solar specialist, dalam diskusi tersebut menghadirkan penggunaan energi alternatif melalui pemanfaatan Solar system yang meliputi  Solar Cell, Solar Module, Array, Inverter, dan Tesla. 

“Solar panel bisa melakukan saving energy sampe 40%. Di Indonesia, hal ini bisa dimanfaatkan karena memiliki sumber panas matahari yang sangat tinggi,” sebut Sinta.

Solar panel masih cenderung murah, dibanding di Kanada harganya bisa 3 kali lipat dengan perbandingan pancaran sinar matahari yang lebih sedikit. Saat ini harga solar panel turun 90%, Sementara harga konsumsi listrik semakin hari semakin naik. 

Menurutnya, penggunaan Solar panel di indonesia masih terkendala dengan birokrasi, Padahal indonesia punya potensi 35 GW. Hal ini tidak disupport oleh pemerintah dan kelompok pengusaha. Padahal listrik PLN pun belum mampu menjangkau seluruh pelosok. 

“Konsep idealnya saya ingin memproduksi listrik sebesar kebutuhan saya tanpa meninggalkan jejak karbon yang menjadi polusi, kita sebagai bangsa Indonesia bisa mengadaptasi teknologi penggunaan energi yang terbarukan,” pungkas Sinta di akhir diskusi.(abo).

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *